memikul sisa-sisa pedih dalam senyuman
seperti mahumu di tiap-tiap hariku
agar bisa aku tunjukkan yang bukan aku
betapa aku cuma seorang
menyimpan tiap amarahku
dalam menempuh hangat hidupku
seperti mahumu di tiap-tiap hariku
agar ia tampak tenang, sedingin salju
betapa aku cuma seorang
menekap merah darah mengalir laju
dalam tersiat luka-lukaku
seperti mahumu di tiap-tiap hariku
moga kau bisa melihat aku senyum dan gembira selalu
betapa aku cuma seorang
menulis puisi pincang
seperti mahuku di tiap-tiap harimu
dan tiada langsung yang memandang